Catatan Perjalanan :
Musim Panas Di
Arizona
8.
Bukit-bukit Merah Di Sedona
Hari
Sabtu, 12 Agustus 2000, sekitar jam 10:30 pagi saya meninggalkan
kota Tempe menuju ke arah utara melalui jalan bebas hambatan
Interstate 17 yang menuju kota Flagstaff, sejauh kira-kira 225
km. Akan tetapi bukan Flagstaff tujuan saya, karena bulan April
yang lalu saya sudah ke kota kecil yang berada di sebelah selatan
Grand Canyon ini. Beberapa kilometer sebelum masuk kota Flagstaff
saya berbelok ke barat lalu belok ke selatan lagi mengikuti jalan
Highway 89A menuju kota Sedona.
Highway
89A ini dapat dikatakan letaknya sejajar dengan Interstate 17,
dan saya sengaja menyurusi jalan ini balik ke selatan dari arah
utara, karena dari sana saya akan melewati beberapa obyek wisata
alam pegunungan yang menarik. Daerah ini memang mempunyai bentang
alam yang sama sekali berbeda dibandingkan umumnya daerah Arizona
yang berupa dataran gurun.
Daerah
pegunungan di sini suasananya lebih hijau oleh banyaknya
pepohonan, suhu udara juga lebih sejuk dibanding kota Phoenix dan
kota-kota lainnya di selatan. Namun tetap saja gugusan
bukit-bukit terjal dan tandus menyelip di antara perbukitan
hijau. Justru gugusan bukit-bukit inilah yang ternyata memberi
pemandangan indah yang khas karena warna batuannya yang
kemerah-merahan dan bentuknya yang monumental sehingga sering
menjadi simbul bagi kebanggaan masyarakat kota Sedona dan
sekitarnya.
***
Rute
Highway 89A dari Flagstaff menuju Sedona sepanjang 40 km ini
dikenal sebagai salah satu jalur wisata paling indah di Amerika.
Bukit-bukit yang merupakan formasi batuan gamping dan lempung
merah menghiasi sepanjang perjalanan rute ini. Bukit-bukit merah
berada di sebelah barat jalur jalan dua lajur dua arah yang
berkelok-kelok mendaki dan menuruni lereng pegunungan. Di antara
jalan dan bukit-bukit itu membentang lembah dan sungainya.
Para
wisatawan yang datang menggunakan kendaraan menyusuri rute ini
memang perlu ekstra hati-hati. Ya, karena dengan sendirinya
perhatian akan terbagi antara menikmati pemandangan indah di
sepanjang rute dan waspada terhadap kendaraan lain karena jalan
yang berkelok dengan jurang di sebelahnya.
Tiba
di Oak Creek Canyon, saya menyempatkan untuk berhenti sebentar.
Sekedar menghirup hawa segar pegunungan dan menikmati pemandangan
yang tidak biasanya saya jumpai di Arizona. Lembah Oak Creek
membentang sepanjang 25 km dengan lebarnya ada yang mencapai 1.5
km, dengan dinding tebingnya berwarna putih, kuning dengan
dominasi warna kemerah-merahan, dan di sela-selanya menyebar
pepohonan pinus, cypress dan juniper.
Melanjutkan
ke arah selatan, saya tiba di Slide Rock State Park. Masih di
bilangan lembah Oak Creek, di dasar sungainya dijumpai bidang
luncuran air sepanjang kira-kira 20 meter yang terbentuk oleh
proses alam. Di musim panas seperti ini, tempat ini menjadi
pilihan orang-orang tua, muda maupun anak-anak untuk bermandi dan
berendam di sungai. Mereka memanfaatkan tempat ini untuk meluncur
di air sungai di dasar lembah Oak Creek. Yang menarik dari obyek
mandi sungai ini adalah air sungainya setiap hari dimonitor
kualitasnya. Tempat ini pernah ditutup untuk umum gara-gara
diketahui terkontaminasi oleh bakteri yang tidak diketahui dari
mana asalnya. Untuk itu disediakan nomor tilpun khusus (hotline)
yang bisa dihubungi setiap saat untuk mengetahui kondisi airnya.
Lebih
ke selatan lagi sebelum mencapai kota Sedona, kali ini saya
menjumpai pemandangan bukit merah yang beraneka bentuknya, di
kejauhan sebelah-menyebelah jalan. Namun cuaca siang itu
tiba-tiba hujan deras, padahal saya sedang berada di pinggir
sungai di dekat jembatan, karena dari sini tampak lebih jelas
pemandangan bukit-bukit merah yang menggunung di kejauhan sebelah
timur dan barat jalan.
Ada
anjungan atau lebih tepat semacam tempat terbuka yang dilengkapi
pagar pengaman di sebelah kiri dan kanan jalan di pinggiran
sungai. Tempat ini memang disediakan untuk para wisatawan agar
dapat lebih leluasa melihat pemandangan. Rupanya antara kedua
anjungan tersebut bersambungan melalui bawah jembatan. Sangat
kebetulan tentunya, di bawah jembatan itulah saya bisa berteduh
sementara menunggu hujan reda. Setelah agak lama menunggu
ternyata hujan tidak juga mereda, akhirnya saya putuskan untuk
berlari hujan-hujanan menuju ke tempat parkir, lalu melanjutkan
perjalanan. Lumayan basah.
Di
antara bentuk-bentuk bukit merah di daerah ini ada yang dikenal
dengan nama Courthouse Rock, Bell Rock dan Cathedral
Rock. Dua yang terakhir ini yang paling terkenal dan sering
ditampilkan menghiasi kartu pos, kalender atau foto-foto promosi
pariwisata.
Akhirnya
saya sampai di kota Sedona, sebuah kota kecil tapi ramai oleh
wisatawan. Satu hal yang paling membuat frustrasi sejak dari Oak
Creek Canyon hingga masuk ke Sedona adalah mencari tempat parkir.
Terbatasnya area terbuka di antara lajur jalan, lembah dan
bukit-bukit, membuat lokasi parkir kendaraan sangat terbatas,
termasuk di Sedona. Saat hari libur seperti hari ini, memperoleh
tempat parkir menjadi tidak mudah. Sementara parkir di sembarang
tempat di pinggir jalan tentu saja tidak diperbolehkan.
Seperti
yang saya alami ketika hendak berhenti di Slide Rock, setelah
memutar balik dan memutar lagi, baru akhirnya saya dapatkan
lokasi agak lebar di pinggir jalan sehingga masih ada jarak aman
antara kendaraan dengan badan jalan. Begitulah aturannya untuk
bisa parkir di pinggir jalan, itupun di luar kota yang kondisinya
memang tidak memungkinkan untuk parkir secara normal.
Kota
Sedona sendiri berada pada ketinggian 1.340 m di atas permukaan
laut dan dihuni oleh sekitar 7.700 jiwa. Menurut sejarahnya, nama
Sedona diambil dari nama seorang wanita, istri dari Theodore
Schnebly salah seorang dari sedikit keluarga yang pada tahun 1901
nekad memulai kehidupan di daerah yang waktu itu masih dianggap
sangat terpencil adoh lor adoh kidul (jauh dari utara
maupun selatan).
Mula-mula
daerah itu mau diberi nama Schnebly Station, tapi
rupanya oleh kantor pos terdekat masa itu dianggap terlalu
panjang dan merepotkan penulisannya. Maka dicarikanlah nama yang
lebih pendek, lalu diambillah nama Sedona. Pak
Theodore ini belakangan diangkat menjadi kepala kantor post
pertama di daerah itu.
Kini,
Sedona menjadi kota yang cukup terkenal dan menjadi salah satu
kota tujuan wisata setelah Grand Canyon. Setidak-tidaknya 4 juta
wisatawan dari seluruh dunia datang ke tempat ini setiap tahunnya
(saya jadi ingat, kita pernah mau mendatangkan 5 juta wisatawan
asing ke Indonesia dalam setahun saja susahnya setengah mati).
Pemandangan
alamnya yang khas dengan tonjolan bukit-bukit berwarna
kemerah-merahan di sepanjang rute menuju Sedona dari arah utara
telah mengundang para sutradara film layar lebar maupun televisi
untuk merekam filmnya di sekitar daerah ini. Ternyata hal ini
memang bisa menjadi promosi yang efektif bagi kota Sedona,
sehingga makin dikenal oleh para wisatawan.
***
Dari
kota Sedona, saya melanjutkan menuju ke selatan ke arah kota
Jerome dan Prescott. Belum jauh meninggalkan pusat kota Sedona,
saya berbelok ke timur. Ada jalan lingkar yang menuju ke Red Rock
State Park. Taman Red Rock seluas 115 ha ini berupa dataran agak
tinggi yang di tengahnya berdiri tegak bukit warna kemerahan sama
seperti Oak Creek. Untuk masuk ke tempat ini saya mesti membayar
US$5, karena ternyata taman ini tidak termasuk dalam kategori
National Park, melainkan State Park yang dikelola secara lokal
oleh Pemda setempat. Kali ini kartu pass saya tidak berlaku.
Tempat
ini menjadi pusat kegiatan pendidikan dan pelestarian lingkungan,
sehingga daerah ini tertutup untuk kegiatan berkemah karena
dikhawatirkan akan merusak lingkungan flora maupun fauna yang
ada. Kegiatan alam hanya di siang hari, dan para wisatawan pun
diharuskan tetap melewati jalan setapak yang disediakan. Umumnya
para wisatawan hanya akan berada di pinggir luar dari taman ini,
dimana akan dijumpai aliran sungai yang jernih berbatu-batu
dengan latar belakang menjulang tinggi bukit berwarna kemerahan.
Sebegitu ketatnya
aturan ditegakkan jika memang dianggap perlu, demi kepentingan
pelestarian ekosistem yang ada. Dan ternyata orang-orang
(wisatawan maupun penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya)
sangat patuh dan menghargai aturan yang demikian ini. Satu lagi
perasaan gumun (heran) muncul di pikiran saya. Ya,
barangkali karena pembandingnya adalah semangat tidak patuh
dan tidak menghargai yang selama ini sering saya jumpai di
kampung saya yang jauh di katulistiwa sana.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar
Lembah
dan bukit-bukit merah di Oak Creek Canyon
Bukit-bukit
merah di rute menuju Sedona